Geng-Geng..

nuffnang

31 March 2011

Perkara-perkara yg PERLU diketahui oleh MUSLIMAH..



Kebanyakan saudari muslimah secara tidak sadar atau karena belum tahu hukumnya dalam islam, melakukan hal-hal yang tidak sesuai syariat islam. Hal-hal yang dilarang keras bahkan pelakunya diancam siksaan yang pedih. Padahal Allah sudah memberikan tuntunan dan peringatan serta balasan atas perbuatan yang dilakukan. Dalam tulisan ini akan kami jelaskan beberapa hal yang sangat penting untuk diketahui kemudian dilaksanakan oleh setiap wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir dalam kehidupan mereka sehari-hari, hal-hal tersebut diantaranaya:

Kewajiban memakai Jilbab
Masih saja ada yang menanyakan(menyangsikan) kewajiban berjilbab. Padahal dasar hukumnya sudah jelas yaitu:
Surat Al-Ahzab ayat 59 (33:59) : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan hijab keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebihi mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surat An-Nuur: ayat 31 (24:31) : Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasanny, kecuali yang biasa tampak padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putri mereka atau putra-putri suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau buda-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung ”
“(Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”. (An-Nuur:1)


Ayat pertama Surat An-Nuur yang mendahului ayat-ayat yang lain. Yang berarti hukum-hukum yang berada di surat itu wajib hukumnya.


Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya:
“Janganlah kaum wanita menampakkan sedikitpun dari perhiasan mereka kepada pria-pria ajnabi (yang bukan mahram/halal nikah), kecuali yang tidak mungkin disembunyikan.”
Ibnu Masud berkata : Misalnya selendang dan kain lainnya. “Maksudnya adalah kain kudung yang biasa dikenakan oleh wanita Arab di atas pakaiannya serat bagian bawah pakiannya yang tampak, maka itu bukan dosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan.”
Al-Qurthubi berkata: Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : “Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.” Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Semoga Allah memberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya.”
Juga berdasarkan sabda Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam:
“Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa) serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan ditanya.” (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).
Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).
Masihkah menyangsikan kewajiban mamakai Jilbab?

Menggunjing, Gosip = Ghibah.
Maaf saudari muslimah, ini juga sangat2 sering dilakukan tanpa sadar. Begitu saja terjadi dan tiak terasa bahwa itu salah satu dosa, karena begitu biasanya. Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah berikut ini:


“Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ?” Rasulullah menjawab, “kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).


Berdasarkan hadits di atas telah jelas bahwa definisi ghibah yaitu menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Allah sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah berfirman:


” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Menjaga Suara
Suara empuk dan tawa canda seorang wanita terlalu sering kita dengarkan di sekitar kita, baik secara langsung atau lewat radio dan televisi. Terlebih lagi bila wanita itu berprofesi sebagai penyiar atau MC karena memang termasuk modal utamanya adalah suara yang indah dan merdu. Begitu mudahnya wanita memperdengarkan suaranya yang bak buluh perindu, tanpa ada rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal Dia telah memperingatkan:


“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32)


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah bersabda : “Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shahihul Musnad, 2/36).


Sebagai muslimah harus menjaga suara saat berbicara dalam batas kewajaran bukan sengaja dibikin mendesah-desah, mendayu-dayu, merayu, dan semisalnya. Wallahu a’lam

Mencukur alis mata.
Abdullah bin Mas’ud RadhiyAllohu ‘anhu, dia berkata :


“Alloh Subhanahu wa Ta’ala melaknat wanita yang mencukur alisnya dan wanita yang minta dicukurkan alisnya, wanita yang minta direnggangkan giginya untuk mempercantik diri, yang mereka semua merubah ciptaan Alloh”.


Mencukur alis atau menipiskannya, baik dilakukan oleh wanita yang belum menikah atau sudah menikah, dengan alasan mempercantik diri untuk suami atau lainnya tetap diharamkan, sekalipun disetujui oleh suaminya. Karena yang demikian termasuk merubah penciptaan Allah yang telah menciptakannya dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Dan telah datang ancaman yang keras serta laknat bagi pelakunya. Ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.

Memakai Wangi-wangian: 
Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasannya ia berkata: Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Siapapun wanita yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (Al-Hakim II/396 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).


Dari Zainab Ats-Tsaqafiyah bahwasannya Nabi bersabda shalallohu ‘alahi wa sallam:


“Jika salah seorang diantara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, maka jangan sekali-kali mendekatinya dengan (memakai) wewangian.” (Muslim dan Abu Awanah).


Dari Musa bin Yasar dari Abu Hurairah: Bahwa seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian tercium olehnya. Maka Abu Hurairah berkata :


Wahai hamba Allah ! Apakah kamu hendak ke masjid ? Ia menjawab : Ya. Abu Hurairah kemudian berkata : Pulanglah saja, lalu mandilah ! karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah bersabda : “Jika seorang wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangian menghembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi.” (Al-Baihaqi III/133).


Alasan pelarangannya sudah jelas, yaitu bahwa hal itu akan membangkitkan nafsu birahi. Ibnu Daqiq Al-Id berkata :


“Hadits tersebut menunjukkan haramnya memakai wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki” (Al-Munawi : Fidhul Qadhir).


Syaikh Albani mengatakan: Jika hal itu saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, lalu apa hukumnya bagi yang hendak menuju pasar, atau tempat keramaian lainnya ? Tidak diragukan lagi bahwa hal itu jauh lebih haram dan lebih besar dosanya. Berkata Al-Haitsami dalam AZ-Zawajir II/37


“Bahwa keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan memakai wewangian dan berhias adalah termasuk perbuatan dosa besar meskipun suaminya mengizinkan”.


Selanjutnya tentang pakaian seorang muslimah. Fenomena jilbab sangat bagus saat ini, tetapi sangat disayangkan dalam pelaksanaannya masih jauh dari yang disyariatkan, jilbab gaul istilahnya.

6. Memakai Pakaian transparan dan membentuk tubuh/ketat

Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali tidak trasparan. Jika transparan, maka hanya akan mengundang fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : “Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk.” (At-Thabrani Al-Mujamusshaghir : 232).


Di dalam hadits lain terdapat tambahan yaitu : “Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian.” (HR.Muslim).


Ibnu Abdil Barr berkata : “Yang dimaksud oleh Nabi adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dans tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”(Tanwirul Hawalik III/103).


Dari Abdullah bin Abu Salamah, bahawsanya Umar bin Al-Khattab pernah memakai baju Qibtiyah (jenis pakaian dari Mesir yang tipis dan berwarna putih) kemudian Umar berkata : “Jangan kamu pakaikan baju ini untuk istri-istrimu !. Seseorang kemudian bertanya : Wahai Amirul Muminin, Telah saya pakaikan itu kepada istriku dan telah aku lihat di rumah dari arah depan maupun belakang, namun aku tidak melihatnya sebagai pakaian yang tipis !. Maka Umar menjawab : Sekalipun tidak tipis,namun ia menggambarkan lekuk tubuh.” (H.R. Al-Baihaqi II/234-235).


Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah shalallohu 'alahi wa sallam pernah memberiku baju Qibtiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: “Mengapa kamu tidak mengenakan baju Qibtiyah ?” Aku menjawab : Aku pakaikan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : “Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Qibtiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” (Ad-Dhiya Al-Maqdisi : Al-Hadits Al-Mukhtarah I/441).


Aisyah pernah berkata: ” Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian : Baju, jilbab dan khimar. Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya (Ibnu Sad VIII/71).


Pendapat yang senada juga dikatakan oleh Ibnu Umar : Jika seorang wanita menunaikan shalat, maka ia harus mengenakan seluruh pakainnya : Baju, khimar dan milhafah (mantel)” (Ibnu Abi Syaibah: Al-Mushannaf II:26/1).

7. Memakai Pakaian menyerupai pakaian Laki-laki.

Karena ada beberapa hadits shahih yang melaknat wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria, baik dalam hal pakaian maupun lainnya. Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria” (Al-Hakim IV/19 disepakati oleh Adz-Dzahabi).


Dari Abdullah bin Amru yang berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallohu 'alahi wa sallam bersabda: “Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.” (Ahmad II/199-200)


Dari Ibnu Abbas yang berkata: Nabi shalallohu 'alahi wa sallam melaknat kaum pria yang bertingkah kewanita-wanitaan dan kaum wanita yang bertingkah kelaki-lakian. Beliau bersabda : “Keluarkan mereka dari rumah kalian. Nabi pun mengeluarkan si fulan dan Umar juga mengeluarkan si fulan.”


Dalam lafadz lain : “Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria.” (Al-Bukhari X/273-274).


Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shalallohu 'alahi wa sallam bersabda:
“Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan
memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).” (Al-Hakim I/72 dan IV/146-147 disepakati Adz-Dzahabi).


Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Ini bersifat umum, meliputi masalah pakaian dan lainnya, kecuali hadits yang pertama yang hanya menyebutkan hukum dalam masalah pakaian saja.

8. Memakai Pakaian menyerupai pakaian Wanita Kafir

Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakain khas mereka. Dalilnya Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya :


“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik (Al-Hadid:16).”


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya:
“Janganlah mereka seperti...” merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati akibat kemaksiatan (Al-Iqtidha... hal. 43).


Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan ayat ini (IV/310): Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Allah berfirman :


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad).“Raaina” tetapi katakanlah “Unzhurna” dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih” (Q.S.Al-baqarah:104).


Lebih lanjut Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (I/148): Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mnyerupai ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir. Sebab, orang-orang Yahudi suka menggunakan plesetan kata dengan tujuan mengejek.


Jika mereka ingin mengatakan “Dengarlah kami” mereka mengatakan “Raaina” sebagai plesetan kata “ruunah” (artinya ketotolan) sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 46. Allah juga telah memberi tahukan dalam surat Al-Mujadalah ayat 22, bahwa tidak ada seorang mu’min yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mu’min, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan

17 March 2011

ApaKah eNgkau MeNginginkan kebaHagiaaaN????

Ukhti (Saudariku) Muslimah,


Sesungguhnya kebahagiaan itu semuanya ada dalam ketaatan kepada Allah. Kebahagiaan seluruhnya ada di dalam meniti di atas manhaj (jalan) Allah dan di jalan Rasulullah, Allah berfirman:


Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Al-Ahzab: 71)


Sesungguhnya kesengsaraan (kemalangan) seluruhnya ada dalam kemaksiatan kepada Allah dan kebinasaan seluruhnya ada pada selain manhaj Allah dan Rasul-Nya, Allah berfirman:


Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (Al-Ahzab: 36)


Saudariku Muslimah,


Allah telah memuliakanmu, mensucikanmu dan mengangkat kedudukanmu. Tidak ada ajaran manapun yang lebih tinggi mengangkat darjat wanita selain ajaran Islam. Bahkan Allah banyak menurunkan hukum-hukum yang khusus berkenaan dengan masalah wanita di dalam kitab-Nya yang mulia. Sedangkan sebelum Islam, wanita dijadikan barang dagangan yang murah dan hina, bagaikan perhiasan yang tidak ada nilainya. Hina di mata walinya, hina di mata keluarganya, serta dihina kan oleh masyarakat. Oleh karena itu terkadang ia diperlakukan seperti binatang, bahkan perlakuan mereka terhadap binatang lebih baik daripada memperlakukan wanita. Sesungguhnya engkau, wahai saudariku muslimah, tidak akan mendapatkan kemuliaan kecuali dalam agama ini, maka berpegang teguhlah (dalam agama ini) dan dengarkanlah firman Allah yang telah menceritakan kisah orang terdahulu, mestilah engkau selalu mengingatnya agar engkau memuji Allah atas kenikmatan yang engkau dapatkan.


Allah berfirman:


Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memelihara dengan menanggung kehinaan, ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An-Nahl: 58-59).


Saudariku Muslimah,


Sesungguhnya musuh-musuhmu banyak sekali, dan sesungguhnya orang yang ingin memanfaatkanmu dalam upaya meruntuhkan agama, rasa malu dan keutamaan banyak sekali, dan boleh jadi mereka itu dari kalangan kita sendiri. Salah seorang dari mereka (musuh-musuh Islam) berkata: "Tidaklah keadaan negeri Timur menjadi makmur melainkan apabila seorang pemudi melepaskan hijabnya dan membenamkan (menguburkan) Al-Qur'an dengannya!". Sesungguhnya dengan hal itu mereka ingin mengeluarkanmu menuju kesengsaraan dan kebinasaan, mereka mengajakmu menuju neraka Jahanam. Maka jika engkau menyambut mereka, mereka akan melemparkanmu ke dalamnya. Mereka ingin agar engkau menjadi wanita durhaka, yang berbuat fasiq dan membuka aurat. Mereka berusaha mengiringimu. Mereka menunggumu dengan sangat sabar agar engkau melepaskan abaya (pakaian muslimah) serta melepaskan hijab dengan segala kesinambungan, yaitu melepaskan keimanan, rasa malu dan kesucian, kemudian engkau akan meninggalkan kewajiban-kewajiban lain nya. Pada saat itu, perbuatanmu tersebut menyenangkan mereka (para musuh), mereka mempermainkanmu seperti anak-anak bermain dengan bola, dan mereka mempermainkanmu seperti anjing-anjing bermain-main dengan bangkai, semoga Allah menjagamu dari mereka.


Saudariku Muslimah,


Buatlah mereka menjadi marah, dengan tidak memperhatikan mereka dan tidak mendengarkan mereka, buatlah mereka menjadi bersedih dengan keteguhanmu berpegang pada agamamu, dengan menjaga rasa malumu dan beriltizam (berpegang teguh) dengan hijabmu.


Apakah engkau tidak mendengar sabda Nabi :


Dua golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihat keduanya (dan beliau menyebutkan): Para wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang, mereka menyimpang dari jalan yang benar dan memperlihatkan kejelekan mereka kepada orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring mereka tidak akan memasuki surga, dan mereka tidak akan mendapatkan bau surga, sesungguhnya bau surga tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim).


Para ulama berkata: makna para wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang adalah bahwa mereka memakai pakaian akan tetapi pakaian-pakaian itu ketat, tipis atau tidak menutup seluruh badan.


Saudariku Muslimah,


Agamamu adalah bentengmu yang amat kukuh, (untuk) memelihara kesucian, rasa malumu dan kemuliaanmu. Agamamu memerintahkanmu untuk berhijab dan memiliki rasa malu. Bila saja engkau meninggalkan perintah ini, maka engkau akan ditimpa azab Allah di akhirat sedangkan di dunia engkau menjadi mangsa serigala-serigala manusia yang ingin mencuri kesucianmu agar engkau merasakan kesusahan (kesedihan) sepanjang hidup. Akan tetapi sebahagiannya semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka yang telah mendengar seruan serigala-serigala itu, tetapi malah bekerja untuk mereka.




Saudariku Muslimah,


Takutlah engkau kepada Allah dan laksanakanlah tugas-tugas yang Dia wajibkan kepadamu. Apabila hatimu mengeras maka ingatlah bencana yang telah menimpa orang lain. Engkau tidak tahu bilakah bencana itu akan datang kepadamu, sesungguhnya itu adalah maut yang pasti terjadi.


Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali-Imran: 185)


Ingatlah wahai wanita hamba Allah, pada hari di mana engkau diletakkan dalam kuburan, dalam lubang yang gelap dan sepi itu. Ingatlah ketika sangkakala ditiup dan engkau dikumpulkan bersama para makhluk dalam keadaan tidak memakai alas kaki, telanjang dan kebingungan. Matahari benar-benar akan dekat darimu kurang lebih satu mil, dan engkau akan dipanggil dengan namamu diantara para makhluk untuk dihisab. Bagaimana keadaanmu ketika itu wahai hamba Allah, Di mana persiapanmu wahai wanita yang lalai? Apakah jenis pakaian akan bermanfaat ketika itu? Apakah lagu-lagu yang menghiburkan, filem dan majalah-majalah (yang merosakkan) akan bermanfaat? Apakah barang-barang permata akan bermanfaat?


Tidak demi Allah!
Hal itu tidak akan memberikan manfaat sedikitpun selamanya. Yang bermanfaat hanyalah kebaikan-kebaikan, dan amal-amal shalih, setelah mendapatkan rahmat dari Rabb bumi dan langit.


Ingatlah, bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang bercampur-baur dengan laki-laki. Bertaqwalah kepada Allah, wahai engkau yang keluar (rumah) dalam keadaan memakai wangi-wangian menuju pasar-pasar dan jalan-jalan. Bertaqwalah kepada Allah wahai engkau yang menawarkan dirimu untuk berkhalwat (menyendiri) dengan laki-laki asing. Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepi (berduaan) dengan seorang wanita melainkan setan menjadi orang yang ketiga (diantara) keduanya. Bertaqwalah kepada Allah wahai engaku yang mendidik anak-anakmu dengan pendidikan yang tidak baik atau tidak benar. Ini terjadi apabila engkau tidak mengingatkan mereka dengan ketaatan kepada Allah, tidak menasehati mereka dan tidak menunjukkan mereka pada apa-apa yang dapat memberikan manfaat di dunia dan di akhirat. Bertaqwalah kepada Allah dan jagalah dirimu dari menjadi barang mainan orang-orang yang lemah iman. Bertaqwalah kepada Allah dan kembalilah pada petunjuk sebelum datang suatu hari yang pada hari itu hati-hati dan pandangan-pandangan (mata) dibalikkan. Ketahuilah bahwa azab Allah sangat keras, dan sesungguhnya engkau -demi Allah- tidak akan kuat merasakan azab neraka. Sesungguhnya gunung-gunung jika dilewatkan pada neraka maka dia akan meleleh
karena kuatnya panas neraka. Maka dimana engkau wanita yang lemah dibandingkan dengan gunung-gunung yang perkasa Sesungguhnya engkau mampu bersabar atas rasa lapar dan haus, dan engkau mampu bersabar atas bahaya. Akan tetapi demi Allah yang tidak ada ilah (penyembahan) selain Dia, tidak ada kesabaran bagimu terhadap neraka. Ingatlah, maka selamatkanlah dirimu dari neraka sebelum terlambat. Ketahuilah bahawa dunia ini pasti akan berlalu dan akhirat adalah tempat yang kekal.


Semoga Allah memberimu taufiq kepada apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh-Nya, dan semoga Allah memberikan manfaat kepadamu dari apa-apa yang engkau dengar dan engkau baca, Semoga Allah menyampaikan selawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya seluruhnya.


Sumber :http://ummusalma.wordpress.com 
www.iluvislam.com

08 March 2011

uJiaN BuaT imaNku..


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ اارَّØ­ِيم

BAHAGIA belum tentu tersimpan di istana yang megah.
Bahagia pada sepasang kekasih tentu ada pasang surutnya.
Di manakah bahagia?

Pada keluasan ilmu, rezeki dan pangkat atau duduk bercengkerama dengan isteri dan anak?
Ternyata itu semua boleh juga menggoncang perasaan, memerah otak jadi lemah,
badan kering dan layu – sakit di hati yang susah mengubatinya.

Pakar motivasi menyatakan: “Anda adalah apa yang anda fikirkan mengenai diri anda.” Rasulullah SAW memberi petua lagi bernas, sabda Baginda bermaksud: “Sungguh hebat keadaan orang mukmin, mereka sentiasa berkeadaan baik.
Tidak terjadi yang demikian itu kecuali pada diri orang mukmin. Jika dia mendapat kesenangan dia bersyukur, hal ini adalah kebaikan. Dan jika dia ditimpa kesusahan dia bersabar, itu juga kebaikan.” (Hadis riwayat Imam Muslim)

Semuanya baik, baik dan baik. Apa-apa yang Allah pilihkan untuk kita adalah baik. Apabila sakit ubatnya adalah senyum dan reda.

Diuji dengan kekurangan harta tidak menjadi masalah bagi orang yang percaya bahawa bukankah selama ini Allah memberi lebih banyak daripada mengambil? Ibnu Mas’ud apabila ditanya: “Apakah engkau bersedih kerana kehilangan sebelah kakimu?” Beliau menjawab: “Bukankah Allah meninggalkan untukku yang sebelah lagi?”

Orang banyak mengatakan: “Bahagia itu adalah kepuasan hati.” Tetapi, pernahkah kita berfikir bahawa manusia tidak akan pernah puas? Selagi mana dia berada di dunia, pasti berhadapan dengan kekurangan. Kurang popular, kaya, cantik, sihat dan pelbagai tuntutan nafsunya yang tidak akan pernah terpenuhi dengan sempurna.

Selamilah dasar hati anda, percayalah bahawa sesungguhnya bahagia itu ada pada sifat reda. Ia bagaikan ubat yang menyejukkan orang yang demam. Seperti rimbunan pohon di tengah panas yang terik, umpama hembusan angin yang sepoi-sepoi bahasa memujuk hati yang luka.

Sesungguhnya apa yang datang kepada kita adalah baik belaka kerana Allah lebih mengetahui apa yang ’sesuai’ untuk kita. Dia yang memilih, yang Maha sempurna aturan-Nya, yang suci daripada cacat cela atas segala pentadbiran-Nya.

Sebagai manusia biasa ada kalanya kita ‘tidak terima’ dengan apa yang terjadi pada diri. Tetapi biarlah perasaan itu dikawal pada paras, hanya ‘terkejut’ dipuncaknya, kemudian surut dengan perasaan reda atas ketentuan-Nya. Firman Allah: “Allah pun reda ke atas diri mereka dan mereka pun reda dengan pemberian-Nya.” (Surah Al-Bayyinah, ayat 8.)

Ada dua rahsia yang terkandung dalam kalimah Allah itu. Pertama, ayat ini cuba memujuk kita bahawa apa yang datang kepada kita semuanya adalah hadiah pemberian Allah. Ujian itu sebenarnya hadiah yang paling mahal, tetapi kadang-kadang manusia menganggap cuma nikmat paling berharga.

Kedua, wujudnya hubungan kasih sayang di antara Allah dan hamba-Nya. Sayang akan melahirkan reda ke atas apa saja yang dilakukan oleh orang yang kita sayang. Kerana sayang, masakan isteri yang kurang garam terasa sedap juga. Kekasih yang menduga dan menyakiti hati kita terpaksa kita reda sebab sayang.

Tetapi, mengapa pula kita merajuk jika Allah menguji kesetiaan cinta kita. Jika sakit mengeluh panjang, lupa dengan hari-hari ketika sihat. Kalau rugi semua orang diamuk, di pejabat, di pasar, di rumah, di jalan raya semua terkena tempias kemarahannya. Rugi yang sedikit itu telah menutup kurniaan Allah yang banyak pada rezekinya selama ini.

Betapa sengsaranya orang yang tiada sifat reda. Hidup tidak tenang, dikejar rasa takut, hati rasa kosong padahal peti besinya penuh dengan duit. Segala hiburan dan perhiasan dunia memang boleh mendatangkan bahagia. Tetapi, bukan bahagia yang ‘diam’ dalam hati, ia cuma menempel sebentar pada dinding hati kemudian lenyap begitu cepat.


Carilah bahagia yang hakiki di atas jalan yang telah dibentangkan oleh kekasih Allah, Muhammad SAW. Bahagia itu adalah reda. Cukup senang formulanya, tetapi susah dilakukan kecuali oleh orang yang bijak mengawal perasaan lagi beriman.

07 March 2011

BAGAIMANA BIDADARIMU?

ASSALAMUALAIKUM...


Kali ini, saya ingin berkongsi sesuatu yang agak menarik dan berguna kepada kaum adam dan juga hawa. Semoga pengisian kali ini amat berguna kepada kita semua. INSYALLAH...

"Jangan kau kahwini wanita yang enam : yang ananah, yang mananah, dan yang hananah, dan jangan engkau kahwini yang hadaqah, yang baraqah dan yang syadaqah"
- Imam Al-Ghazali-

Berdasarkan kata-kata di atas, terdapat 6 golongan wanita yang harus di elakkan untuk di kahwini. Untuk golongan hawa, hindarkanlah diri kalian semua daripada tergolong dalam golongan ini.

Wanita Ananah :
Wanita yang banyak mengeluh dan mengadu dan tiap saat memperalatkan sakit atau berpura-pura sakit.

Wanita Mananah:
Wanita yang suka mengungkit-ngungkit terhadap suaminya. Wanita ini sering menyatakan seperti : "Aku membuat itu kerana mu"


Wanita Hananah :
Wanita yang menyatakan kasih sayangnya kepada suaminya yang lain, yang dikahwininya sebelum ini atau kepada anaknya dari suami yang lain.

Wanita Hadaqah :
Wanita yang melemparkan pandangan matanya pada tiap sesuatu, lalu menyatakan keinginannya untuk memiliki barang itu dan memaksa suaminya membelinya.

Wanita Baraqah :
1) Wanita yang sepanjang hari mengilatkan dan menghias mukanya
2) Wanita yang marah ketika makan dan tidak mahu makan kecuali sendirian dan diasingkan bahagiannya.
http://cintakuhanyapadamu.blogspot.com
Wanita Syadaqah :
Wanita yang banyak bercakap perkara yang lagha (sia-sia) dan lagi membisingkan.

http://cintakuhanyapadamu.blogspot.com

05 March 2011

Ya ALLAH Aku Mahu BeRubaH..



Ya Allah..
Syukur Di Atas Nikmat Pancaindera-Mu..
Dengan Penglihatan…
Aku Dapat Melihat Segala Kekuasaan-Mu…
Mengagumi Segala Kebesaran-Mu…
Namun..
Dengannya Jualah…
Aku Melakukan Kemungkaran Pada-Mu..
Menjerumuskan Diriku Ke Lembah Dosa..
Melihat Pada Yang Tak Sepatutnya...
Membuatkan Diri Ini Alpa Saat Hidayah-Mu Tiba..


Seketika Ku Tersedar…
Mungkin Belum Terlambat…
Untukku Pahatkan Dalam Diri…
Bahawa… Aku Mahu Berubah…!!!


Ya Allah…
Jika Dulu Aku Angkuh Di Bumi-Mu…
Alhamdulillah…
Hidayah-Mu Mematahkan Keangkuhanku..
Membangunkan Sifat Malu…
Yang Selama Ini Tersorok Dalam Diri..


Ku Tundukkan Pandanganku…
Yang Selama Ini Meliar...
Ku Timbulkan Kekeliruan..
Pada Teman-Teman..
Ku Tempis Segala Teguran Sinis..
Ku Tekadkan Dalam Kalbuku...
Bahawa… Aku Mahu Berubah…!!!


Ya Allah…
Jika Dulu Aku Lalai Dalam
Menunaikan Hak-Mu...
Terleka Dengan Duniawi…
Terkadang Ku Abaikan Ukhrawi…


Subhanallah…
Sesungguhnya Kekuasaan-Mu Yang Paling Agung...
Kau Sedarkanku Di Saat Aku Hanyut… Masih Tak Terlambat…
Untuk Suatu Perubahan…


Ku Akur Pada Kekuasaan-Mu…
Lantas…
Ku Laungkan Dalam Hatiku…
Aku Mahu Berubah…!!!


Ya Allah…
Ku Pohon Hidayah-Mu…
Duhai Ayahanda & Bonda, Sahabat-Sahabat Serta Teman-Teman…
Bantulah Daku… Bimbinglah Daku…
Dalam Mencari… Cinta Yang Paling Agung..
Cinta Yang Esa…
Sesungguhnya…
Aku Mahu Berubah…!!!


www.iluvislam.com

Ya ALLAH Aku Mahu BeRubaH..







Ya Allah..
Syukur Di Atas Nikmat Pancaindera-Mu..
Dengan Penglihatan…
Aku Dapat Melihat Segala Kekuasaan-Mu…
Mengagumi Segala Kebesaran-Mu…
Namun..
Dengannya Jualah…
Aku Melakukan Kemungkaran Pada-Mu..
Menjerumuskan Diriku Ke Lembah Dosa..
Melihat Pada Yang Tak Sepatutnya...
Membuatkan Diri Ini Alpa Saat Hidayah-Mu Tiba..


Seketika Ku Tersedar…
Mungkin Belum Terlambat…
Untukku Pahatkan Dalam Diri…
Bahawa… Aku Mahu Berubah…!!!


Ya Allah…
Jika Dulu Aku Angkuh Di Bumi-Mu…
Alhamdulillah…
Hidayah-Mu Mematahkan Keangkuhanku..
Membangunkan Sifat Malu…
Yang Selama Ini Tersorok Dalam Diri..


Ku Tundukkan Pandanganku…
Yang Selama Ini Meliar...
Ku Timbulkan Kekeliruan..
Pada Teman-Teman..
Ku Tempis Segala Teguran Sinis..
Ku Tekadkan Dalam Kalbuku...
Bahawa… Aku Mahu Berubah…!!!


Ya Allah…
Jika Dulu Aku Lalai Dalam
Menunaikan Hak-Mu...
Terleka Dengan Duniawi…
Terkadang Ku Abaikan Ukhrawi…


Subhanallah…
Sesungguhnya Kekuasaan-Mu Yang Paling Agung...
Kau Sedarkanku Di Saat Aku Hanyut… Masih Tak Terlambat…
Untuk Suatu Perubahan…


Ku Akur Pada Kekuasaan-Mu…
Lantas…
Ku Laungkan Dalam Hatiku…
Aku Mahu Berubah…!!!


Ya Allah…
Ku Pohon Hidayah-Mu…
Duhai Ayahanda & Bonda, Sahabat-Sahabat Serta Teman-Teman…
Bantulah Daku… Bimbinglah Daku…
Dalam Mencari… Cinta Yang Paling Agung..
Cinta Yang Esa…
Sesungguhnya…
Aku Mahu Berubah…!!!


www.iluvislam.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...